Misteri Tanggal Satu dan Di Balik Sebuah Tulisan
Sebelum angka satu adalah nol. Hal itu memberi gambaran bahwa satu
bukan sebuah awal. Mirip dengan tanggal dalam kalender. Begitupun dengan
menulis. Menulis di tanggal satu, bukan berarti bisa menulis di tanggal-tanggal selanjutnya.
Apa kabar kawan? Semoga engkau senantiasa bahagia walau berbagai derita menyapa. Kelolalah derita itu menjadi suatu kebahagiaan. Tentu hal tersebut hanya kamu yang bisa. Sebab apa yang menurut orang lain itu bahagia. Belum tentu juga hal itu akan membuatmu bahagia.
Baik, di awal bulan Juli saya mencoba untuk mulai lagi latihan menulis di blog ini. Beberapa tahun yang lalu saya mengabadikan beberapa peristiwa dalam beberapa buku catatan harian. Setelah mempunyai gawai, lebih sering mengabadikan saban peristiwa dengan menekan tuts keyboard kemudian lahirlah beberapa dokumen yang berisi tulisan.
Namun sesekali masih menggambarkan kondisi sosial, budaya, dan apapun yang dapat saya lihat dan rasakan dengan goresan penda di kertas. Debut menulis dimulai dari masa anak-anak. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada ibu yang telah berperan sebagai madrasah pertama bagiku. Juga bapak, sosok pendekar yang tidak ingin menampakkan kependekarannya. Juga teman (waktu kecil) yang biasanya jadi partner rebutan remot plus adu jotos dibalut guyonan yaitu kembaran yang tidak ada kembarnya sama sekali yakni my big brother.
Aktif di dunia blog ketika menjadi mahasiswa, tepatnya tahun 2017. Kebetulan kampus yang notabene world class university menyediakan blog yang dikelola mahasiswa secara indie. Namun tidak semua mahasiswa memiliki ghirah untuk menghidupkan blognya. Saya mempelajari blog yang diberikan kampus dengan agak serius. Kemudian satu bulan sekali saya isi artikel dengan beragam jenis. Ada puisi, tugas kuliah, review film, dan lain-lain. Mengingat kita berada di Era Disrupsi, blog kampus juga bisa menaikan peringkat kampus berdasar webometrics apabila kita rajin mengisinya ditambah lagi banyak yang berkunjung di blog kita.
Saya mencoba untuk mengistiqomahkan menulis di blog kampus, hitung-hitung sebagai usaha kecil dari saya untuk mengenalkan nama kampus kepada dunia. Tidak ada yang memaksa saya, hal itu muncul dari dalam diri. Mengingat saya seorang yang agak sulit diatur dan sering melakukan pemberontakan di asrama, dan juga sering berkelana bak sosok misterius yang sulit diterka keberadaannya. Karena urip among sawang-sinawang, dalam kondisi apapun itu saya mencoba untuk mengucap syukur dalam hati. Rutin mengisi blog satu bulan sekali, hal tersebut berbuah manis ketika kampus mengadakan lomba blog mahasiswa (November, 2019).
Jika kuliah di kampus ternama maupun kampus yang namanya belum begitu dikenal khalayak ramai dan hanya untuk prestise, semua orang bisa. Namun jika kuliah di kampus ternama maupun kampus yang belum begitu dikenal masyarakat Indonesia, dalam rangka menjadi akademisi sesungguhnya, beberapa orang saja yang bersedia dan sudi menempuhnya. Bersalaman dengan rektor kala itu, saya bertekad dalam hati, “mundur untuk kembali”. Dan bertekad mengisi kertas-kertas yang kosong. Berupaya menempuh jalan yang berbeda, dan semoga lebih sunyi namun menghidupi.
Selang beberapa bulan kemudian saya tidak menulis lagi di sana. Biarkan hal itu menjadi saksi bisu bahwa nama saya pernah ada di sana. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, keluarga, dan kawan-kawan yang telah sudi ngangsu kaweruh dengan alfaqir. Berbekal ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang masih minim, kemudian saya mencoba untuk mengistiqomahkan kembali latihan menulis. Selain menulis untuk pembaca di kanal yang selalu mengabarkan degup kebahagiaan (Jurnaba.co) dan tanpa baiat yang rumit saya ditahbiskan sebagai Jurnabiyin. Semoga juga bisa menghidupkan blog partikelir ini, dengan postingan pertama berjudul Esa (1 April 2020), di samping menjadi jurnabiyin.
Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan di Jurnaba.co wabil khusus kepada Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah wa Jurnabiyah (Wahyu Rizkiawan) yang juga telah mengubah nama dari Yogi Alur (nama pena dan debut di Jurnaba) menjadi nama pemberian orang tua dengan penjelasan yang penuh ibrah.
Setelah mendengar penjelasan darinya, bak embun di tengah dahaga. Lebih bersemangat dalam menulis dengan menggunakan nama perpaduan hindu dan arab yang terdiri dari tiga suku kata; yogi, abdul, dan gofur. Menulis di Jurnaba, entah daya magis apa yang dimiliki kanal berlatar idelogis hijau itu. Menulis di Jurnaba bak candu. Intensitas menulis di sana, juga saya niati untuk ngansu kaweruh (belajar). Ilmu kehidupan bisa kamu gali di Jurnaba. Tidak percaya? Sila kunjungi Jurnaba.co.
Hmm…ngomong-ngomong tentang bulan Juli, apa yang terngiang dalam fikiranmu? Mengingat sekarang tanggal dua dan kemarin tanggal satu. Sebanarnya, tulisan ini akan saya muat kemarin. Karena ada beberapa hal salah satu di antaranya malas, jadi belum bisa terselesaikan. Bagaimana menurutmu tentang awal sebuah bulan? Apakah itu juga awal untuk memulai suatu kegiatan baru? Atau awal untuk melakukan kebaikan?
Ada yang beranggapan bahwa awal bulan untuk memulai suatu hal yang baru, namun di awal bulan juga tidak menutup kemungkinan hal yang baru dilakukan gagal total di awal bulan.
Misalnya, tanggal 30 Juni 2020 berniat untuk lari pagi di tanggal 1 Juli 2020. Namun karena malamnya tahajud dan terjaga hingga subuh, tiba-tiba ngantuk menyapa. Keinginan untuk memulai lari pagi pada awal juli sirna. Tapi tenang, kamu seyogianya bersyukur. Hal tersebut membuktikan di balik gagalnya sebuah rencana terselip hal yang luar biasa. Sebab kalau kamu mempeng tanggal 1 Juli 2020 untuk lari dan tidur lebih awal. Mungkin tidak bisa bangun di tengah malam untuk meningkatkan mahabah kepadanya.
Contoh lain, ketika akhir bulan tiba, ingin sekali di awal bulan mulai menulis. Melakukan secara rutin (istiqomah) dengan satu hari satu puisi, satu hari satu artikel, dan sebagainya. Kamu sudah memiliki tekad yang kuat untuk memulainya. Namun ketika awal bulan tiba, di hari itu banyak sekali agenda. Ngopi, ngaji, silaturahim, dan lain-lain hingga membuat kamu tidak sempat untuk melahirkan sebuah karya. Namun kamu telah mengisi hari dengan kegiatan yang baik, dan akan memberi dampak secara ukhrawi maupun duniawi. Di sisi lain, kamu mungkin agak sedih karena tidak bisa melahirkan karya di hari itu (awal bulan).
Selain itu ada yang memiliki pandangan biasa saja. Entah itu awal bulan, tengah bulan, akhir tahun, tahun baru, hari jum’at, malam jum’at, dan lain-lain. Menjalani hari-hari dengan rasa tak seberapa. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa saban orang memiliki ragam pandangan dalam kehidupan. Keragaman pandangan merupakan suatu kenikmatan, apabila bisa menyikapinya. Namun keragaman pandangan bisa juga sebagai musibah apabila kurang bisa menghargai pandangan orang lain tentang suatu hal.
Dan tanggal satu bukan sebuah awal. Tanggal satu merupakan alur dari beberapa kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya (lampau). Apabila kamu berbuat kurang baik di tanggal satu, tetaplah tenang karena ada tanggal-tanggal sebelumnya yang secara sadar atau tidak kamu telah melakukan kebaikan. Juga apabila di tanggal satu kamu melakukan kebaikan atau sesuatu yang baru, hal itu muncul karena mungkin sebuah angan yang pernah kamu angankan sebelumnya. Maka dari itu bersyukurlah.
Namun ada juga yang menjalani kehidupan apa adanya, tidak memandang hari, tanggal, bulan, dan sebagainya. Namun saya yakin dan percaya, suatu saat atau mungkin sekarang kamu tahu tentang makna dibalik hari, tanggal, bulan, tahun, dan sebagainya. Seperti dalam pernikahan, biasanya ditentukan terlebih dahulu tanggalnya, begitupun dengan acara khitan, dan berbagai kegiatan yang lain. Inilah kehidupan, yang senantiasa menyimpan teka-teki untuk terpecahkan maupun dibiarkan begitu saja. Yang dilakukan sekarang merupakan gambaran di masa lampau. Tenang, apabila kamu tidak bisa menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin jangan menyesal berlebihan. Siapa tahu bisa meningkatkan kerendahan hati. Dari pada, hari ini lebih baik dari pada kemarin dan menggap diri paling baik. Bukankah hal itu berpotensi untuk menghadirkan sifat tinggi hati?
Tenang kawan, baik dan kurang baik dalam kehidupan begitupun juga kebahagiaan hanya indikator, maka tak ada salahnya kamu membuat indikator kebahagiaan menurutmu sendiri. Lembaga berkelas duniapun, nampaknya perlu beljar dari Indonesia tentang kebahagiaan. Kita bisa menumpahkan kopi di lepek dan kemudian menyeruputnya plus menikmatinya bersama rokok, bukankah hal itu juga merupakan kebahagiaan? Dan untuk menunjukkan kehadiran, kebahagiaan, dan keberanian dalam kehidupan baik di dunia nyata maupun maya, salah satu di antaranya dengan menulis. Yuk…menulis!